Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Beberapa Jenis Tikus

April 22, 2009

 

            a.      Bandicota (Tikus Wirok)

Dibandingkan dengan tikus lainnya dijawa, tikus ini paling besar ukuran tubuhnya. Sering dijumpai dipersawahan kering atau kebun-kebun serta padang rumput dekat pantai, dan kadangkala dijumpai dipekarangan rumah. Tikus ini sangat mengganggu manusia karena membuat liang yang tidak dikehendaki

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.      Mus musculus (tikus nying-nying)

Tinggal dirumah atau sekitar penghunian manusia, suka membuat sarang didalam laci lemari pakaian atau makanan, sangat aktif dan lincah. Tubuhnya kecil, ramping, telinga berbulu, ekor tidak berbulu dan lingkar cincin jelas. Hama penting didaerah temperate (musim dingin), makan 3 gram/hari, menyukai biji-bijian (seed and grain). Tidak neophobia dan tahan tidak minum. Beranak 4 – 6 ekor setelah bunting selama 3 minggu. Induk menyusui anaknya selama 3 minggu.

 

c.       Rattus norvegicus (tikus got)

Telinga kecil, ekor < panjang tubuh, tubuh besar, bersarang dibawah bangunan, pinggiran sungai, tempat sampah, sekitar kolam namun mereka bisa masuk ke gudang dan silo. Makan segala jenis dan menyukai yang fresh. Jika makan makanan kering membutuhkan air sebanyak 250 – 500 ml/air aktif malam hari dan mempunyai jelajah 15 – 50 m, tinggi bisa 100 m. Melahirkan 4 – 6 kali/th, 20.000 kotoran/th, 20 juta pop dalam 3 tahun.

 

d.      Rattus tanezumi (tikus rumah)

Tikus ini banyak dijumpai dirumah – rumah dan gudang seluruh indonesia, sehingga dikenal sebagai tikus rumah. Tikus ini bersifat arboreal, banyak tinggal diloteng / atap rumah yang sering menimbulkan berisik. Tikus ini merupakan hama gudang dan rumah yang utama. Penyebaran luas diAsia Tenggara dari 0 – 2000 m.

 

e.      Rattus tiomanicus (tikus belukar)

Dikenal sebagai hama diperkebunan kelapa sawit. Seperti namanya tikus ini banyak dijumpai didaerah yang bersemak belukar. Habitat hutan sekunder, hutan pantai, perkebunan, kebun-kebun dan padang rumput. Penyebaran tikus ini terbatas diIndonesia Barat (Jawa dan Kalimantan) saja dan ke barat sampai semenanjung Malaysia Barat.

 

f.        Rattus argentiventer (tikus sawah)

Tikus ini banyak dijumpai didaerah persawahan yang beririgrasi baik. Ciri tikus ini warna perut putih kelabuseperti perak yang seringkali ada lukisan coklat, ekor pendek dan saat masih remaja ada warna jingga dibelakang telinga. Penyebarannya hampir diseluruh Indonesia. Tikus ini seperti tikus lain adalah binatang malam, terrestrial dan membuat liang / lobang.

Tanda – Tanda Adanya Indikasi Tikus

April 22, 2009

 

a.      Kotoran

Tikus selalu meninggalkan kotoran disekitar aktivitasnya dan merupakan salah satu tanda bahwa terdapatnya jejak tikus dengan melihat adanya kotoran tikus.

 

b.      Track / Jejak

Jejak tikus selalu mengikuti struktur bangunan, karena tikus bergerak dan berjalan malam hari lebih dominan menggunakan kumis dan rambutnya yang panjang dan berulang – ulang kali dilaluinya.

 

c.       Gigitan

Terdapat bekas gigitan akibat melakukan aktivitas mengerat pada benda – benda untuk mengasah gigi skullnya.

 

 

 

 

 

 

 

d.      Liang / Lobang

Jalan masuk kerumahnya selalu melalu lubang dipermukaan tanah yang dibentuknya sedemikian rupa untuk dapat memberikan perlindungan disaat panas dan hujan serta melindunginya dari predator / pemangsa tikus sendiri dengan menggunakan liang / lobang palsu.

 

e.      Runways

Terdapatnya warna agak kehitam – hitaman pada area yang dilalui tikus secara berulang – ulang kali.

 

f.        Grease marks/rub marks

Untuk berusaha masuk kedalam ruangan yang tertutup tetapi diruangan tersebut terdapat indikasi makanan maka tikus berusaha masuk kedalam rungan tersebut dengan membuat lubang dipojok pintu atau diatas plafon dan sebagainya.

 

g.      Bercak urin

Tikus selalu meninggalkan beberapa bercak urine sebagai alat komunikasi antar tikus lainnya. Bercak urine tikus mempunyai ciri khas tersendiri.

 

h.      Tikus hidup/mati

Terdapatnya atau terlihatnya tikus hidup yang berkeliaran didaerah tersebut atau terdapatnya bangkai tikus.

 

i.        Suara

Ciri khas tikus selalu mengeluarkan suara yang mencicit adalah salah satu indikasi adanya tikus didaerah tersebut.

 

j.        Bau 

Meninggalkan bau yang khas pada  bekas jalannya tikus yang dilaluinya secara berulang-ulang kali untuk setiap harinya.

Prilaku Tikus

April 22, 2009

      a.      Prilaku Belajar

Tikus mempunyai kemampuan untuk belajar sehingga tidaklah mengherankan adanya sifat jera umpan. Hal ini disebabkan tikus bisa belajar dari pengalaman. Tikus selalu curiga bila jalan yang dilewatinya setiap hari ada perubahan, misalnya misalnya ada suatu benda yang asing, termasuk benda tajam, bau chemicals yg menyengat baginya atau yang dikira membahayakan maka tikus memberikan suara mencicit atau bisa meninggalkan jejak urinenya untuk tikus lainnya.

 

b.      Neophobia & Neophilia

Sifat tikus yang mencurigai akan benda baru/asing disebut neophobia. Sebaliknya ada tikus yang bersifat neophilia artinya menyukai benda asing/baru. Untuk tikus yang neophobia diperlukan beberapa hari untuk menangkapnya dengan perangkap ataupun umpan beracun yang dikenal masa pra pengumpanan.

Dalam upaya pengendaliannya dengan umpan beracun, atau penentuan wadah umpan yang tidak asing bagi tikus. Rasa jera berlebih sebagai akibat dari umpan atau benda yang mengakibatkan tikus merasa sakit yang dapat mengakibatkan kematian. Akibatnya tikus akan melakukan alternative untuk mencari jalan lain dari jalan yang biasa dilaluinya.

 

c.       Hirarki

           Tikus mempunyai wilayah kekuasaan yang terbatas. Artinya tikus dan kelompoknya tidak akan begitu saja berpindah kedaerah lain dimana daerah tersebut mungkin ada kelompok tikus yang lain.

Kemampuan Indera Tikus

April 22, 2009

a.      Indera Pengelihatan (Vision).

Indera pengelihatan kurang berkembang dengan baik, tetapi mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap cahaya, dan mampu mengenali bentuk benda dalam cahaya remang. Pada jarak 10 m, tikus masih dapat mengenali bentuk benda yang ada didepannya, untuk mencit sampai jarak 15 m. tikus merupakan hewan yang buta warna, sebagian warna ditangkap sebagai warna kelabu, tetapi ada kecenderungan tertarik warna kuning dan hijau terang yang ditangkap sebagai warna kelabu cerah

 

b.      Indera Penciuman (Smell).

Indera penciuman berkembang sangat baik, ditunjukkan dengan aktivitas menggerakkan kepala serta mengendus pada saat mencium bau pakan, tikus lain, atau musuh (predator). Hal ini juga bermanfaat untuk mencium urine tikus lainnya. Tikus dapat menandai wilayah pergerakan dari tikus lainnya, mengenali jejak tikus yang masih tergolong kelompoknya, serta mendeteksi tikus betina yang sedang estrus.

 

c.       Indera Pendengaran (Hearing).

Indera pendengaran berkembang dengan sangat baik. Tikus memiliki tanggap akustik dan suara ultrasonik digunakan oleh tikus untuk melakukan komunikasi sosial, misalkan saat aktivitas seksual atau berkelahi dengan tikus yang lain.  Anak tikus mengeluarkan suara ultrasonik pada saat kehilangan induk dan induk yang masih menyusui akan mencarinya. Anak tikus yang baru lahir mengeluarkan suara ultrasonik sebagai reaksi pada lingkungan baru yang dingin.

 

d.      Indera Perasa (Taste).

Indera perasa berkembang dengan sangat baik. Tikus mampu membedakan atau mendeteksi zat-zat yang yang berasa pahit, bersifat tosik atau berasa tidak enak ini berubungan dengan pengelolaan tikus dengan menggunakan umpan beracun.

 

e.      Indera Peraba (Touch).

Indera peraba berkembang dengan sangat baik, hal ini sangat membantu pergerakan tikus ditengah kegelapan. Rabut – rambut halus dan panjang yang tumbuh pada bagian lateral dan ventral tubuhnya (Vibrissae) dan dapat digunakan untuk meraba dan memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi. Bentuk rabaan berupa sentuhan dengan lantai, dinding atau benda-benda yang ada didekatnya. Hal ini dapat membantu menentukan arah dan memberi tanda bahaya jika ada rintangan didepannya.

Biologi Tikus

April 22, 2009

a.      Kepandaian Menggali (Digging).

      Tikus terrestrial menggali tanah dengan tujuan untuk membuat sarang, yang umumnya tidak melebihi kedalaman 50 cm. Walaupun demikian tikus mampu menggali sampai dengan 200 cm, terutama pada tanah-tanah yang gembur. System sarang tikus di dalam tanah ini sering diperpanjang dengan membuat lorong-lorong tambahan yang saling berhubungan, terutama bila populasi tikus meningkat.

 

b.      Kepandaian Memanjat (Climbing).

      Tikus arboreal mampu memanjat pohon, tembok dengan permukaan kasar, pipa paralon, berjalan pada seutas kawat atau tali tambang, serta turun dari satu ketinggian dengan kepala menuju kebawah. Kemampuan ini ditunjang oleh 4 (empat) jari kaki depan dan 5 (lima) jari kaki belakang dan tonjolan pada telapak kaki yang disebut footpad yang biasanya berukuran lebih besar dan permukaan yang lebih kasar dibandingkan dengan terrrestial. Footpad ini ditambah dengan cakar atau kuku untuk memperkuat pegangan, serta ekor untuk menjaga keseimbangan.   

 

 c.       Kepandaian Mengerat (Gnawing).

Aktivitas mengerat bertujuan untuk mengurangi panjang gigi serinya yang tumbuh terus menerus dan kuat. Gigi ini disebut skull. Tikus dapat merusak bahan yang keras sampai nilai 5,5 pada skala kekerasan geologi. Bahan tersebut adalah kayu pada bangunan dan kayu pohon, lembaran aluminium, beton berkualitas buruk, dan aspal.   

 

d.      Kepandaian Meloncat (Jumping).

Sesuai dengan otot-otot kakinya yang relative kuat, tikus dewasa dapat meloncat secara Vertikal 77 cm dan horizontal 240 cm. jarak jangkauan loncatan ini akan lebih tinggi / jauh bila dimulai dengan berlari. Mencit rumah dapat meloncat vertical 25 cm dan dapat menjatuhkan diri sampai dengan ketinggian 15 m dan tidak mati.

 

e.      Kepandaian Berenang (Swimming) & Menyelam (Diving).

Tikus merupakan hewan yang pandai berenang. Dalam suatu percobaan, dalam keadaan terpaksa, tikus mampu berenang selama 50 – 72 jam pada suatu bak air dengan suhu 35 C dan dengan kecepatan berenang 1,4 km/jam (0,7 km/jam untuk mencit) kemampuan menyelam maksimum 30 detik dan dapat menempuh jarak 0,5 mil (+ 800m) dan tikus sulit untuk tenggelam didalam air.

 

f.        Kepandaian memipihkan tubuh (Flatened).

Tikus bisa memipihkan tubuhnya (Flatened) sampai dengan ¼ inch dan bisa masuk kedalam lubang sebesar 12 mm.

 

g.      Reproduksi Tikus.

         Tikus mengalami masa bunting / hamil selama 21 – 23 Hari (3 minggu)

         Jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 6 – 12 Ekor

         Anak tikus dapat beradaptasi dengan lingkungannya selama 21 Hari

         Siap untuk kawin berkisar pada umur 1,5 Bulan – 5 Bulan

         Kemampuan untuk melahirkan sebanyak 4 kali / tahun

         Jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 24 Ekor / betina / tahun

         Umur tikus berkisar antara 1 – 3 th dan rata-rata umurnya 1 th

 

h.      Bahan Makanan.

Tikus merupakan hewan omnivore (pemakan segala). Tikus akan memilih pakan yang berkadar gizi seimbang dari beberapa macam pakan yang ada. Tikus cenderung untuk memilih biji-bijian (serealia) seperti padi, jagung dan gandum. Selain itu tikus makan kacang-kacangan, umbi-umbian, daging, ikan, buah dan sayur dan pakan lainnya yang terdapat kadar air didalamnya.

Pemahaman Umum Tikus

April 22, 2009

      Binatang yang lebih identik dengan aktivitas mengeratnya merupakan binatang pengganggu dan juga sebagai hama bagi manusia karena binatang yang erat hubungannya dengan kehidupan disekitar lingkungan manusia dan tanaman yang merugikan bagi pertanian kecuali tikus dengan golongan tertentu yaitu tikus putih. Tikus merupakan golongan mamalia yang menurut jenis makanannya termasuk kelompok omnivora

 

Selain sebagai pengganggu di lingkungan manusia, tikus juga menjadi salah satu vector penyebab penyakit. Dari data yang diperoleh terdapat + 45 jenis penyakit yang ditularkan akibat adanya aktivitas tikus dilingkungan kita. Aktivitasnya tikus tidak lupa meninggalkan kotorannya yang juga akan dapat mengkontaminasi produktivitas pangan kita. Karena tikus menghasilkan sebanyak 25.000 kotoran / th dan juga pada mencit menghasilkan sebanyak 17.000 kotoran / th. Tikus adalah salah satu binatang Nucturnal (Binatang yang keluar / berkeliaran mencari makannya pada malam hari) jika dalam keadaan normal (tidak adanya banjir atau rumahnya terusik oleh sesuatu hal)kita menemukan adanya indikasi tikus pada siang hari, berarti tikus didaerah tersebut populasinya sangat meningkat dan perlu adanya pengendalian.

PENGENDALIAN NYAMUK DENGAN PENDEKATAN SECARA NON KIMIAWI LEBIH DIUTAMAKAN

April 22, 2009

Musim hujan telah tiba dan perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian secara kimiawi. Ada beberapa tips tentang pengendalian nyamuk, yaitu bisa dilakukan dengan pada saat pra dewasa (larva / jentik) dan pada saat nyamuk dewasa.

 

I. PENGENDALIAN NON KIMIAWI :

a. Pada Larva / jentik nyamuk:

  1. dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air; yaitu seperti gentong untuk persediaan air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai karena nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih menyukai air yang jernih untuk reproduksinya, Mengubur barang-barang yang tidak berguna tetapi dapat menyebabkan genangan air yang berlarut-larut ini harus dihindari karena salah satu sasaran tempat nyamuk untuk bereproduksi.
  2. dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada tempat penampungan air

 

b. Pada Nyamuk Dewasa :

  1. Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar kita.
  2. Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama dengan Electric Raket.

 

 

 

 

 

 

II. PENGENDALIAN KIMIAWI :

a. Pada Larva / jentik nyamuk:

Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum

 

Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :

Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE
Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram ABATE.

 

b. Pada Nyamuk Dewasa :

  1. Dilakukan Space Treatment : Pengasapan  (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan insectisida yang bersifat knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
  2. Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter diatas permukaan lantai bangunan.
  3. Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang akan mendekat.

 

Nah setelah kita mengetahui cara pengendalian nyamuk dengan cara non kimiawi maupun dengan cara kimiawi, pengendalian non kimiawi mempunyai tingkat penolakan (repellensi) yang sangat tinggi terhadap nyamuk dan pengendalian yang sempurna dihasilkan dengan cara non kimiawi karena melakukan pendekatan sanitasi atau kebersihan lingkungan. seyogyanya kita lebih mendahulukan pengendalian non kimiawi dikarenakan penggunaan pestisida yang berlarut-larut akan berdampak negative terhadap kita serta lingkungan sekitar kita.